KEPEMIMPINAN Bupati Muhammad Al Khadziq di Kabupaten Temanggung membawa berbagai perubahan dalam berbagai sektor yang sebelumnya belum pernah tergarap, meski sebenarnya potensinya besar. Salah satunya adalah mengangkat potensi pariwisata di lereng Gunung Sumbing-Sindoro dengan dikombinasikan dengan seni budaya.
Jika diibaratkan Kabupaten Temanggung, seolah seperti raksasa yang tertidur, terlebih bila menilik potensi yang tersimpan di dalamnya, kekayaan alam, seni budaya, dan tentu saja potensi pariwisata. Ditilik dari sumber daya manusianya pun sebenarnya banyak sekali talenta-talenta dalam seni budaya yang memiliki potensi handal bahkan berkaliber nasional maupun internasional.
Namun sayangnya karena selama ini merasa tidak diberi ruang untuk berekspresi menuangkan keahliannya maka banyak putra Temanggung yang kemudian berkarya di luar daerah, seperti Jakarta. Nah, dalam masa kepemimpinan Hadik-Bowo ini, raksasa yang tertidur itu sedang dibangkitkan dari tidur panjangnya, karena sudah terlalu lama di nina bobokan.
Bupati Hadziq mengatakan, akan membuat terobosan dengan membuat Temanggung menjadi lebih hidup dari berbagai sendi dengan bermetamorfosis menjadikan Temanggung sebagai kota event. Potensi jelas ada, letak strategis di tengah-tengah Pulau Jawa, bahkan dalam poros tiga pusat perekonomian, menjadikan Kota Tembakau ini memiliki peluang besar untuk itu.
“Marilah niatkan betul untuk memajukan kesenian dan kebudayaan di Kabupaten Temanggung, menuju kabupaten yang tata, titi, tentrem, marem, gandem. Sebagaimana diketahui kabupaten kita ini memiliki berbagai kekayaan seni budaya yang luar biasa beragam, luar biasa adi luhungnya. Bahkan Kabupaten Temanggung adalah lokus di mana Kerajaan Mataram Kuna, sebagai lambang peradaban masyarakat Jawa pada waktu itu,”katanya.
Sebagai generasi penerus Mataram Kuna maka masyarakat Temanggung harus bangkit lagi. Jejak kejayaan itu masih ada, selain melalui artefak bernilai arkelogis tinggi, juga melalui sejarah dan tentunya seni budaya. Sungguh menakjubkan sebab potensi kesenian yang ada bukan lagi sekadar di tingkat kecamatan atau desa, tapi ada setiap rukun tetangga (RT).
“Di desa-desa tertentu hampir semua RT punya kelompok seni yang berbeda-beda, punya gamelan sendiri masing-masing RT. Kita kaya akan seni budaya dengan jumlah desa/kelurahan mencapai 289, tetapi kelompok keseniannya ada 7.200 kelompok di mana 1.500 di antaranya adalah kuda lumping, atau jaran kepang, alias jathilan,”katanya.
Potensi itu selama ini berjalan atau tumbuh secara alamiah dariberlatih, pentas, hingga timbul tenggelam pun secara alamiah. Maka di sini pemerintah ingin meningkatkan perannya dalam menstimulasi kegiatan-kegiatan seni dan budaya di masyarakat ini agar maju dan berkualitas serta mendatangkan manfaat.
Jangka panjangnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkannya untuk potensi pariwisata di Kabupaten Temanggung. Untuk itu Pemkab Temanggung pada tahun 2020 ini melalui Dinas Pariwisata mulai melangkah menuju kota event, dengan membuat “calender of event” yang dipromosikan secara luas di seluruh kalangan masyarakat. Semua agenda tontonan di desa-desa seperti jaran kepang, topeng ireng, kubra siswa, harus diinventarisir untuk di masukkan dalam “calender of event”.
“Sehingga siapapun yang datang ke Temanggung dengan melihat “calender of event” itu bisa datang ke suatu tempat untuk menyaksikan pertunjukkan. Selain itu, saya minta juga di 2020 ini mulai dilakukan pelatihan-pelatihan berupa “clincic event”, melatih masyarakat di desa-desa untuk bisa menyelenggarakan event-event seni dan budaya secara profesional, paling tidak upgrade dari kondisi saat ini,”katanya.
Selama ini penyelenggaraan event di desa-desa masih secara alami, mereka masih tampil dengan biaya sendiri dan ditonton oleh dirinya sendiri. Maka melalui “clincic of event ini bagaimana agar event di desa-desa bisa ditonton oleh masyarakat dari dunia luar, sehingga orang berduyun-duyun ke Temanggung nonton jaran kepang.
Diharapkan disitulah para wisatawan membelanjakan uangnya sehingga masyarakat di desa mendapat manfaatnya. Di tahun 2020 ini pula Pemkab Temanggung mulai memberikan sentuhan manajemen dan pendanaan kepada beberapa event di tingkat desa, yang oleh Dinas Pariwisata dipandang layak dijual kepada khalayak di seluruh Indonesia.
Kegiatan itu dengan cara memadukan kesenian, kebudayaan, dan kepariwisataan. Menurut dia, sedikitnya ada 4 kegiatan yang akan mendapat perhatian yaitu gerebek di Liyangan yang sudah setiap tahun diadakan karena ini berada di lokasi situs sejarah Mataram Kuna di Temanggung dan ingin dibuat besar. Kegiatan sadranan di Plebengan, Desa Pagergunung, Kecamatan Bulu di ketinggian Gunung Sumbing.
Sadranan merupakan kegiatan budaya, seni, ritual masyarakat yang hampir ada di setiap desa di seluruh Kabupaten Temanggung, dan masyarakat setiap tahun sekali minimal melakukan sadranan. Kemudian festival durian di Desa Ngropoh, Kecamatan Kranggan. Daerah ini merupakan penghasil utama buah durian dan duriannya terkenal paling enak dan spesial.
Festival durian Ngropoh selama ini telah menjadi daya tarik tersendiri disetiap musim durian tiba, maka jika digarap serius ada potensi mendatangkan pendapatan yang lebih baik lagi masyarakat.
Keempat Pemkab Temanggung ingin menginisiasi sebuah event baru di Kecamatan Kaloran, sebagaimana diketahui Kecamatan Kaloran adalah kecamatan Bhinneka Tunggal Ika, di sana banyak desa yang masyarakatnya beragam agama, tempat ibadahnya juga berdampingan dari berbagai agama dan masyarakat Kaloran terkenal sebagai masyarakat multikultural.
Kerukunan hidup di sini sangat mengagumkan, di mana perbedaan yang ada justru dijadikan sebuah pemersatu dan tidak ada alasan apapun untuk memecah belah. “Kita ingin promosikan ke luar dengan membuat event semacam festival toleransi kerukunan beragama atau apa pun namanya nanti. Kegiatan itu nanti untuk mendukung kerukunan antarumat beragama, untuk mensponsori soal multikulturalisme di Kabupaten Temanggung dan secara kepariwisataan agar event ini bisa komersial mendatangkan manfaat untuk masyarakat sekitar,” katanya.
Dia berharap empat event itu akan menjadi referensi bagi event desa yang lain di seluruh Kabupaten Temanggung, sehingga semakin profesional bisa mendatangkan banyak tamu dengan harapan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kendati demikian, ada pra syarat lain yang juga ikut menentukan, yakni membina industri kecil, para pedagang kecil harus dibina, kerajinan atau souvenirnya harus juga dibina sehingga bisa saling mendukung antar satu dengan lainnya.
Raditia Yoni Ariya