TEMANGGUNG, SM Network – Untuk menangani persoalan anak jalanan, orang gila, dan terlantar, pemerintah Provinsi Jawa Tengah membangun Rumah Perlindungan Sosial atau shelter di sejumlah kabupaten/kota. Keberadaan shelter untuk menampung sementara kebradaan mereka sebelum dilimpahkan ke tempat lain yang sesuai, tentunya setelah ada penanganan dan pendataan.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, dalam kunjungan kerjanya di Dinas Sosial Kabupaten Temanggung, di mana di sini telah dibangun Rumah Perlindungan Sosial, yang dibangun dari dana Bankeu tahn 2019 senilai Rp 1,5 miliar dengan nilai kontrak Rp 1,307 miliar. Keberadaannya sebagai fasilitas pelayanan yang komprehensif dan terpadu bagi pengemis, gelandangan, dan orang terlantar (PGOT).
“Sekarang kita lihat kondisinya banyak anak jalanan anak gila yang dibuang. Keberadaannya kalau tidak ada shelter maka tidak bisa langsung diterimakan. Maka kita butuh shelter untuk assesment yang pertama pendataan dan lain sebagainya, karena juga butuh waktu untuk penempatan selanjutnya,”ujarnya, Senin (13/1) petang.
Menurut Taj Yasin, di Jateng ini baru ada 11 shelter antara lain terdapat di Kabupaten Temanggung dan Salatiga. Kondisi shelter sendiri secara umum sudah baik, termasuk ada kamar mandi dan ruang isolasi dengan daya tampung 35 orang dibagi untuk laki-laki dan perempuan.
“Kondisinya saya lihat sudah baik ditata rapi. Daya tampung 35 dibagi laki-laki dan perempuan. Memang shelter itu tidak perlu banyak-banyak karena memang satu dua hari assesment kalau bisa langsung dipindah,”katanya.
Berpindah-pindah
Kendati diayikini ada banyak anak terlantar di Jateng namun angka pasti secara kuantitatif tidak dapat dihitung secara pasti, sebab keberadaannya selalu berpindah-pindah tempat. Bahkan, Bahkan banyak dari anak jalanan yang sudah diambil diberi solusi tapi malah melarikan diri.
“Mereka itu keberadannya berpindah-pindah, tidak mesti saat ini terdeteksi paling banyak di Kabupaten Rembang. Tapi permasalahannya anak jalanan itu ketika sudah diambil ditaruh malah melarikan diri. Lalu persoalan lain tidak musti dari persoalan ekonomi, malah pernah dari mereka diketahui ada anak seorang direktur yang gajinya banyak,”katanya.
Selain membuat Rumah Perlindungan Sosial, pemerintah juga tengah menggalakkan upaya antisipasi atau pencegahan, dengan cara melakukan sosialisasi kepada calon pasangan pra nikah. Supaya kelak jika sudah menikah tidak terjadi broken home atau perceraian, di mana ujung-ujungnya bisa membuat anak mereka terlantar.
“Keberadaan anak jalanan dan orang terlantar, termasuk orang gila itu dilihatnya tidak etis, apalagi dilihat banyak yang hamil. Itu juga bukan hanya dari Jawa Tengah saja, tapi ada juga dari Jawa Barat lari ke Purwokerto arah Brebes mereka mangkal dan terus berpindah-pindah. Penanganannya selama ini mereka didata keluarganya mana lalu dikembalikan, mayoritas mereka karena broken home dan merasa lebih nyaman di luar rumah,”katanya.
Raditya Yoni A