Matanya nanar memandang seorang lelaki yang sedang berorasi dengan lantang di teras Gedung Kantor BKK Pringsurat, di Jalan Hayam Wuruk Maron Temanggung. Tangan kanannya memegang kuat pilar gedung untuk menyangga tubuhnya yang telah renta, sembari mendengarkan celoteh kekecawaan atas janji-janji tak pasti Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk mencairkan dana nasabah.
Ya, dia adalah nenek Siyami (90), warga Dusun Ngadipiro, Kelurahan Walitelon Selatan, Kecamatan Temanggung. Manula yang kesehariannya mencari kayu bakar dan blarak untuk dijual satu gepok Rp 7.000 ini, adalah satu dari sekitar 9.000 nasabah yang uangnya raib bersamaan dengan kolapsnya lembaga perbannkan plat merah itu karena korupsi berjamaah dan bobroknya manajemen, serta lemahnya pengawasan.
Dari Rp 114 miliar uang nasabah yang dikemplang oknum-oknum tak bertanggung jawab ini, uang nenek Siyami ada sebesar Rp 75 juta di rekening tabungan Tamades BKK Pringsurat. Uang tersebut selain dari hasil berjualan kayu bakar dan blarak, serta membuat sapu lidi, juga hasil penjualan sawah warisan.
“Lha waune niku karepe di tabung sing caket nggriya sak niki malah ical dipangan baya. Pun tigang tahun mboten saget dipundut, padahal arto saking sade sawah kaih sadean kayu kalian blarak. (Dulu nabung di BKK Pringsurat yang dekat rumah sekarang malah uangnya hilang dimakan buaya. Sudah tiga tahun tidak bisa diambil, padahal uang dari hasil jual sawah, jual kayu dan blarak,”ujarnya Selasa (4/2).
Impiannya menikmati masa senja dengan damai sembari menimang cucu kini tinggal harapan semu. Lantaran diusianya yang semestinya sudah harus berisitirahat kini sang nenek harus dibuat pusing tujuh keliling karena uangnya baru dikembalikan Rp 18 juta pada pencairan awal lalu dan sisnya masih puluhan juta raib entah kemana. Atas dasar itulah dia nekat mengikuti aksi bersama ribuan nasabah lainnya menggeruduk Kantor BKK Pringsurat dan Kantor Bupati Temanggung.
Tak hanya diam, nenek Siyami bahkan nekat memberanikan diri menemui Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq yang duduk di depan ribuan nasabah di Gedung Graha Bhumi Phala. Dengan berjalan tertatih-tatih si nenek meminta uang yang menjadi haknya kepada sang bupati, namun orang nomor satu di Pemerintahan Kabupaten Temanggung itu hanya bisa diam tepekur, tak mampu bicara banyak saking masgulnya.
“Artane kula pundi Pak Bupati ? Ajeng kagem nempur beras !… (Uang saya mana Pak Bupati mau buat beli beras),”katanya sembari menyalami Bupati Muhammad Al Khadziq.
Raditia Yoni Ariya