MAGELANG, SM Network – Bulan November identik dengan kisah kepahlawanan, terutama di wilayah Surabaya yang puncaknya terjadi Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Sehingga, tanggal tersebut ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Pahlawan dan selalu diperingati setiap tahun.
Kisah kepahlawanan tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi juga berbagai belahan Indonesia lainnya. Salah satunya di Magelang yang menyimpan cukup banyak cerita perjuangan para pahlawan dalam merebut atau mempertahankan kemerdekaan RI.
Salah satunya Dokter Soedjono, prajurit berpangkat Letkol yang gugur di Magelang, tepatnya di Dusun Gardu, Desa Pogalan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Dokter yang lahir di Banyumas, Februari 1915 ini ditembak mati oleh tentara Anjing NICA saat bertugas di sebuah pos kesehatan.
Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang (KTM), Bagus Priyana mengatakan, berdasarkan literatur yang dibacanya, dr Soedjono ditembak pada 15 Februari 1949. Saat itu, pos yang ada di kaki Gunung Merbabu ini disergap dan diobrak-abrik pasukan tentara Belanda, yakni pasukan Anjing NICA.
“Soedjono berusaha meloloskan diri dengan cara melompat pagar. Sayangnya, kaki sang dokter tersangkut oleh tanaman waluh dan terjatuh. Tanpa pikir panjang, pasukan Anjing Nica langsung menembaknya di tempat hingga gugur. Sementara pull-over dan cincinnya dirampas,” ujarnya, Senin (4/11).
Dia menuturkan, jenasah dr Soedjono dimakamkan di tempat itu oleh penduduk setempat dengan penuh hormat dan khidmat. Lalu, oleh penduduk sekitar, makamnya sering dikunjungi orang berziarah dan untuk menyampaikan ujub atas penyakit yang diderita agar sembuh.
Makam Digali
Kemudian, atas permintaan keluarga, pada bulan April 1950 makamnya digali kembali untuk dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Semaki di Jogja. Anehnya, saat digali, ternyata jenasahnya tidak mengalami kerusakan atau decomrositie, padahal sudah selang satu tahun dari pemakaman.
“Kemudian jenasahnya disemayamkan di suatu gedung di Kabupaten Magelang, yang mana Bupati Magelang saat itu, Joedodibroto merupakan paman dari dr Soedjono. Dengan upacara militer, sang Letkol dikebumikan pada 7 April 1950,” katanya.
Gugurnya sang pahlawan ini, kata Bagus, merupakan kehilangan besar bagi bangsa Indonesia. Maka, untuk menghargai jasa Soedjono, pemerintah menganugerahkan Bintang Satya Lencana Sosial kepadanya, termasuk 35 dokter lainnya yang telah gugur atau hilang tahun 1942-1950.
“Selain itu, namanya juga diabadikan menjadi nama rumah sakit tentara (RST) di Kota Magelang, yakni RST dr Soedjono di Jalan Urip Sumoharjo Magelang. Nama ini dipakai per tanggal 1 November 1974 dari sebelumnya bernama Rumah Sakit Tentara III,” jelasnya.
Bagus menambahkan, dr Soedjono menikah dengan perempuan bernama RA Danarti, putri dari KRT Wongsonegoro SH yang pada waktu itu merupakan Gubernur Jawa Tengah. Dari perkawinannya, dianugerahi seorang putra bernama Sardjono.
“Sebelum di Magelang, dr Soedjono mengabdi di Solo di bawah pimpinan Jenderal Gatot Soebroto. Sebelumnya lagi mengabdi di Divisi Siliwangi dan bertugas sebagai dokter pada Resimen Kian Santang di Purwakarta Jawa Barat,” imbuhnya.
Asef Amani