SLEMAN, SM Network – Merebaknya wabah virus corona membuat Pemerintah Arab Saudi sampai mengeluarkan larangan umrah bagi warga negara Indonesia (WNI) ke negara tersebut. Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY pun berharap agar larangan itu bisa dicabut.
“Dengan dibukanya kembali, jamaah umroh bisa melaksanakan ibadah kembali,” kata Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie disela kegiatan Temu Netizen ‘Cerdas dan Aman Menghadapi Covid-19’ di The Rich Jogja Hotel, Sabtu (29/2).
Dia nengatakan dengan adanya penutupan umroh yang dilakukan oleh negara Arab Saudi akibat wabah virus corona mengakibatkan hampir seluruh jamaah di berbagai negara tidak terkecuali wilayah Indonesia khususnya di DIY gagal melaksanakan umrah. Meskipun adanya jamaah yang berasal dari DIY berada di Arab Saudi, untuk pemulangannya nanti harus melihat intruksi dari kementrian kesehatan.
“Dinas Kesehatan itu tidak boleh mempunyai kebijakan yang sangat berbeda dengan kementrian kesehatan,” ucapnya.
Meskipun ada isolasi terhadap jamaah yang berasal dari DIY, Pembanyun menjelaskan, hal tersebut akan dilakukan di pusat dan pasti tidak di DIY. Pada acara diskusi itu, Pembajun pun menegaskan kesiapan pihaknya khususnya DIY mengantisipasi Corona COVID-19.
“RSUP Dr Sardjito dan Panembahan Senopati sudah siap apabila terjadi dugaan kasus tersebut, namun semua puskesmas juga bisa melakukan antisipasi,” ungkap dia.
Diinisiasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), beberapa fakta diungkap untuk menjawab kekhawatiran masyarakat yang belakangan diresakhan dengan masifnya penyebatan Virus Corona (COVID-19).
Prof Wayan Tunas Artama, Indonesia One Health University Network UGM yang jadi salah satu pembicara mengungkap COVID-19 virus memang terbilang lebih masif penyebarannya ketimbang SARS atau MERS yang terjadi beberapa tahun silam dan masih berlangsung. Hal tersebut menurut dia terjadi karena mudahnya perpindahan masyarakat di era modern saat ini.
“Penyebarannya memang lebih masif daripada SARS pada 2002 dan MERS pada 2012 lalu. Penularannya juga lebih besar memang dengan jumlah saat ini 85 ribu kasus di 63 negara. Terakhir Nigeria dan Meksiko yang menyatakan adanya warga suspect virus tersebut,” tandas dia.
Gading Persada