MENGANTISIPASI agar tidak sampai punah, upaya membumikan kembali aksara Jawa terus dilakukan. Salah satunya dengan digitalisasi aksara Jawa, sehingga bisa diterapkan dengan lebih mudah dalam gawai maupun komputer.
Digitalisasi aksara Jawa tersebut disosialisasikan kepada sekitar 30 guru Bahasa Jawa yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Jawa SMP dan SMA/SMK di Purworejo, Rabu (19/2). Sosialisasi sekaligus workshop ini merupakan bagian dari program Muhibah Budaya, kerjasama antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Purworejo dengan Dinas Kebudayaan DIY.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan di ruang laboratorium Dinas Kominfo Purworejo ini, para guru selain diberikan pembelajaran mengenai aksara Jawa secara manual juga diberikan pembelajaran digitalisasi aksara Jawa termasuk aplikasinya.
“Sehingga para guru bisa menularkan pada para siswanya dan para siswa juga menyampaikan ke teman-temannya untuk lebih memahami dan mencintai aksara Jawa, jangan sampai punah. Kan pintunya di anak-anak generasi muda,” kata Kabid Kebudayaan Dinparbud Purworejo, Agung Pranoto.
Dengan digitalisasi aksara Jawa serta adanya aplikasi, maka anak-anak akan lebih tertarik dan senang untuk mempelajari tulisan aksara Jawa. Hal ini juga dilakukan untuk mengikuti perkembangan zaman, sehingga mempermudah anak-anak dalam belajar aksara Jawa.
“Ini bagaian untuk mengedukasi lagi bagi anak-anak agar semakin senang belajar bahasa dan aksara Jawa dengan gadgetnya, dengan HP dan androidnya, maupun dengan komputer,” imbuhnya.
Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIY, Padmono Anggoro Prasetyo, mengungkapkan bahwa dengan digitalisasi aksara Jawa, ke depan ditargetkan aksara Jawa bisa digunakan untuk menulis huruf apa pun, baik aksara latin, Arab, dan lainnya. Huruf-huruf yang belum terdapat dalam aksara Jawa, semisal huruf Z, rencananya akan digodog lebih lanjut.
“Pada Juli 2020 mendatang akan diselenggarakan Konggres Aksara Jawa. Sebelumnya telah diawali penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) aksara Jawa beberapa waktu lalu dan akan dilaksanakan pra Kongres Aksara Jawa bulan Maret. Hasil kongres akan diangkat ke Kongres Bahasa Jawa di Semarang pada 2021,” tuturnya.
Digitalisasi aksara Jawa beserta berbagai upaya lainnya untuk membumikan aksara Jawa memang terus dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY. Antara lain lomba penulisan manuskrip untuk siswa SD SMP SMA, penyelenggaraan tahunan kompetisi bahasa dan sastra Jawa yang di dalamnya termasuk alih aksara Jawa dari latin ke Jawa maupun sebaliknya, seta Muhibah Budaya kali ini.
“Itu untuk memacu bagaimana agar anak bisa mengenal, membaca, dan menulis aksara Jawa, bahkan bisa menggunakannya secara digital. Walaupun memang itu perlu proses yang lama, karena pengaruh budaya barat memang sudah sangat tinggi,” tuturnya.
Di DIY sendiri, ungkap Padmono Anggoro, upaya untuk membumikan aksara Jawa terus digencarkan. Bahkan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, menganjurkan agar setiap instansi, tempat-tempat publik, maupun tempat-tempat wisata menggunakan aksara Jawa, termasuk untuk naskah-naskah seperti kop surat.
“Aksara Jawa ini merupakan bagian dari budaya Mataraman. Dan budaya Mataraman tidak hanya ada di DIY saja, tapi juga ada di Jawa Tengah maupun Jawa Timur,” tuturnya.
Padmo Anggoro menambahkan, dengan digitalisasi, diharapkan ke depan aksara Jawa bisa mendunia. Saat ini aksara Jawa telah didaftarkan dan telah memiliki register unicode. “Mudah-mudahan nanti bisa mendunia, target kita semacam itu,” imbuhnya.
Panuju Triangga