Bekali Anak Usia Dini Mitigasi Bencana

SMN/dok - MENYIMAK: Dengan seksama siswa-siswi SDIT Bina Insani Gunungkidul menyimak materi saat mendapatkan pelatihan mitigasi bencana yang diberikan Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY di Panggang, Gunungkidul, Jumat (21/2).

GUNUNGKIDUL, SM Network- Indonesia sudah dikenal sebagai negara yang memiliki banyak jenis bencana alam. Maka maraknya bencana semisal banjir dan tanah longsor yang sering melanda berbagai daerah di Tanah Air, mengharuskan masyarakat untuk selalu waspada terhadap datangnya bencana tersebut.

Salah satu poin penting agar masyarakat lebih tanggap terhadap terjadinya bencana adalah melalui edukasi dan pelatihan. Bahkan kedua hal ini dipandang perlu untuk diberikan kepada anak-anak usia dini.  

Read More

Seperti yang dilakukan tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY dengan berani memberikan pelatihan kebencanaan kepada anak-anak usia dini. Berlokasi di Panggang Gununkidul, Jumat (21/2), pelatihan mitigasi bencana dilakukan terhadap siswa-siswi di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), TK dan Kelompok Bermain (KB) Bina Insani. 

Bertajuk ‘Humanity Day’ para siswa SD, TK dan KB ini dilatih untuk mengerti tentang bahaya bencana gempa bumi, banjir, tanah longsor dan angin kencang, serta keterampilan membuat kerajinan origami.  

“Walaupun masih usia dini, kami sudah perlu untuk mengenalkan beberapa jenis bencana alam di Indonesia, agar para siswa ini secara perlahan dapat mengerti potensi bencana khususnya di Jogja, dan sejumlah tips aman bisa dilakukan saat terjadi bencana,” ungkap salah seorang instruktur dari ACT, Kharis Perdana.

SMN/dok – GEMBIRA: Ekpresi kegembiraan tampak pada wajah siswa-siswi TK, KB dan SDIT Bina Insani Gunungkidul usai mendapatkan pelatihan mitigasi bencana yang diberikan Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY di Panggang, Gunungkidul, Jumat (21/2).

Dia menjelaskan walau mengusung tema kebencanaan, kegiatan bertemakan Humanity Day kali ini dikemas secara menarik dan ringan, anak-anak diajak simulasi penyelamatan diri ketika gempa bumi terjadi.  Maka peralatan mitigasi yang dipakai hanyalah berupa mainan yang menyerupai peralatan aslinya.

“Karena yang obyek pelatihan anak-anak maka kami beri materi yang have fun, tidak kaku,” imbuhnya.

Sri Yatun, selaku kepala sekolah SDIT Bina Insani mengucap syukur dan terimakasih atas kegiatan yang pelatihan yang diberikan kepada anak-anak muridnya.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan kali ini, mudah-mudahan kegiatan ini bisa memiliki dampak positif untuk anak-anak, khususnya mereka bisa lebih mengeksplorasi tentang kebencanaan dan bisa meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama,” sambung Sri Yatun.

Tak hanya pelatihan mitigasi, tim ACT bersama SKE dalam kesempatan itu sekaligus memberikan santunan kepada 6 guru honorer yang ada di sekolah tersebut. Bantuan diberikan melalui program Sahabat Guru Indonesia dimana masing-masing guru mendapat bantuan Rp 500.000.

Sebagaiman diketahui, selama ini gaji guru honorer di sekolah tersebut rata-rata hanya Rp 200.000 per bulannya. Selain santunan kepada guru honorer, dalam kesempatan itu juga disumbangkan mainan edukasi untuk anak-anak. 


Gading Persada

Related posts

Leave a Reply